Muhammad Yunus Dosen Filsafat STAI Bumi Silampari Bedah Buku “Filosofi Teras”

Kemudian Bab II Sebuah Filosofi yang Realistis berisi tentang The problem with positive thinking. Ajaran berpikir positif melemahkan keuletan kita dalam mencapai sesuatu. Tujuan Filosofi Teras adalah hidup bebas dari emosi negatif dan mengasah kebajikan. Stoisisme ditulis untuk menghadapi masa sulit.
Bab III Hidup Selaras dengan alam merisi tentang manusia harus hidup dengan Alam (nature) jika ingin hidup yang baik. Keluar dari keselarasan dengan Alam adalah pangkal ketidakbahagiaan.
Hidup selaras dengan Alam artinya kita hidup dengan menggunakan nalar, karena itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Mengingkari atau melawan yang telah terjadi artinya keluar dari keselarasan dengan Alam.

Bab IV Dikotomi Kendali
Dalam hidup ada hal-hal yang berada dalam kendali kita dan ada hal-hal yang diluar kendali kita. Orang bijak adalah orang yang dapat mengenali dua kategori ini.

Hal-hal yang tidak dalam kondali kita adalah kekayaan, reputasi, kesehatan, dan opini orang lain. Hal-hal yang dibawah kendali kita adalah pikiran, opini, persepsi, dan tindakan kita sendiri.
Baik-tidaknya hidup kita hanya dapat dinilai dari hal-hal dibawah kendali kita.
Tidak mengingini jauh lebih membahagiakan dari mengingini banyak hal. Maka belajarlah tidak mengingini hal-hal diluar kendali kita.
Bab V Mengendalikan Interpretasi & Persepsi berisi tentang manusia seringkali disusahkan bukan oleh hal-hal atau peristiwa, tetapi oleh opini, interpretasi, penilaian terhadap peristiwa tersebut.
Filosofi Teras tidak menganggap “emosi” berjalan terpisah dari “nalar/rasio”. Emosi negatif dianggap sebagai akibat dari nalar/rasio yang keliru.
Saat kita mengalami peristiwa hidup, sering kali ada penilaian otomatis yang muncul. Jika tidak rasional penilaian otomatis ini memicu emosi negatif.
Kita memiliki kemampuan untuk tidak menuruti penilaian otomatis tersebut.
Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan akronim STAR (Stop, Think, Asses, Respond)
Kita juga bisa mengendalikan respon lebay dengan mengingat bahwa betapa remehnya maslaah kita bila dilihat dari juah, dan pada akhirnya semua akan terlupakan oleh waktu, jelasnya.

Baca Juga :  Kontroversi Pemenang Lomba Midang Bebuke Morge Siwe Tahun 2025, Diduga Juri Tidak Netral dan Pemenang Lomba Titipan

Lanjut dia, adapun dalam Bab VI Memperkuat Mental berisi tentang kekhawatiran dan kecemasan kita lebih banyak yang akhirnya tidak terjadi. Premeditatio malorum adalah teknik memperkuat mental dengan membayangkan semua kejadian buruk yang mungkin terjadi di hidup kita hari ini dan ke depannya.
Perbedaan Premeditatio malorum dan kekhawatiran tidak beralasan adalam dalam premeditatio malorum kita dapat mengenali peristiwa di luar kendali kita dan memilih bersikap rasional.

Manfaat Premeditatio malorum adalah membantu kita mengantisipasi peristiwa buruk jika terjadi, dan karenanya tidak terkejut jika benar-benar terjadi. Amor fati: cintailah nasib –apa yang terjadi dan sedang terjadi saat ini.
Bab VIII Menghadapi Kesusahan dan Musibah berisi dalam Filosofi Teras, sebutan “musibah” dan “kesusahan” adalah opini yng ditambahkan oelh kita sendiri. Walaupun musibah, bencana, dan kesusahan yang menimpa sering kali berada diluar kendali kita, respon kita atasnya sepenuhnya ada ditangan kita sendiri. Filusuf Stoa melihat semua kesusahan sebagai kesempatan melatih keutamaan (virtue). Saat kita tertimpa kesusahan kita dapat memikirkan keutamaan apa yang bisa dilatih oleh keadaan ini. Kita dapat mengalahkan cobaan dan penderitaan dengan menanggungnya (endure). Latihan menderita selain membantu kita menghadapi kesusahan yang sebenarnya, juga dapat membuat kita kemabli bersyukur atas apa yang telah kita miliki. (Herly)

Editor: Aliaman